Pada Zaman dahulu berdiamlah sekelompok manusia yang terdiri dari orang orang setempat seperti orang orang pantai,Maualu,Maudero dan pedagang –pedagang dari Ende , mereka mendiami sebuah kampung yang bernama Sesobewa (terletak didaerah wolojita arah timur ).
Sesobewa ialah sebuah bukit yang sangat strategis baik dari keindahan pemandangan alamnya serta tempat yang baik untuk melindungi diri dari peperangan. Hubungan mereka dengan kampung kampung sekitar sangatlah baik yaitu hubungan dengan kampung wolojita,Tenda,Aekeo,Toba dan Roga.
               
Konon kabarnya salah satu keluarga dari kampung Sesobewa yang bernama Wele berteman akrap dengan salah satu keluarga dari kampung Toba yang bernama Keba. Semakin lama hubungan keduanya semakin akrab layar saudara kandung. Pada suatu hari datanglah Wele seorang diri mengunjungi Keba ke kampung Toba dan setibanya disana dia hanya bertemu dengan istrinya Keba , sedangkan Keba nya sendiri sedang berada dikebung. Setibanya Wele dirumah Keba seperti biasa istri Keba menyambut Wele dengan baikdan memberikan serih pinang dan rokok (sambutan yang baik untuk tamu yang datang dahulu). Sesudah itu istrinya Keba memasak ketika sedang memasak Wele datang  dan merayu istri Keba yang sedang masak lalu memperkosa istrinya Keba, setelah itu ia pulang, selang beberapa jam kemudian datanglah Keba dari kebun dan dilihatnya ada bekas air sirih dan abu rokok maka bertanyalah ia pada istrinya ...siapakah tamu yang datang ??
Kemudian istrinya menjawab sambil menangi katanya “ Wele tadi datang kesini dan memperkosa saya”  lalu marah lah Keba ia meminta bantuan penduduk dikampung Toba , karna merasa kampung Toba penduduk nya hanya sedikit ia meminta bantuan penduduk dari Kampung Wolojita dan Tenda  untu k menyerang kampung Sesobewa (menyerang Wele) Karena mendengar cerita sedih itu dari Keba maka berangkatlah masyarakat dari kampung Toba ,Wolojita dan Tenda (Laki-laki) . Kurang lebih Pukul tiga pagi mereka menyerang kampung sesobewa , penduduk sesobewa sedang tidur , merekadibunuh dan sebagian dari itu lari ke Maualu dan berlayar ke Ende dan Pulau Ende. Sedangkan Wele dan keluarganyadibunuh seperti biasa harta benda mereka ambil sedangkan masyarkat lain dari kelompok Keba mencari Emas,Perak dan barang berharga lain nya untuk diambil dan dibawa pulang kekampungnya . Kebetulan Pada saat penyerangan itu yang sebagai Pemimpin dari mereka ialah Leja dan sebagai pemimpin penyerangan itu ia tidak mendapatkan apa – apa lalu dilihatnya Sebatang Gading Gajah  terus dipikul dan dibawahlah kempungnya yaitu Tenda.
                Dikampung tenda ia simpan gading tersebut dirumahnya yang disebut rumah Embu Leja selang beberapa lama kemudian rumah tersebut terbakar habis , hanya sebagian harta dan gading gajat tersebut yang bisa diselamatkan , Lalu Leko menawarkan kepada Leja agar Gading gajah tersebut biar disimpan dirumah Leko, tawaran tersebut diterima lalu disimpan lah dirumah leko (biasadisebut Embu Leko). Sesudah rumah Leja selesai dibangun datanglah Leja mengambil Gading tersebut sambil mengucapkan terima kasih akan tetapi dijawab oleh Leko katanya “Eja gading ini memang punya kamu tapi apa salahnya gading tersebut berada disini sama saja rumah adalah rumah mu”  lalu Leja berkata “Baiklah tapi jagalah baik baik gading tersebut”.
Makanya sekarang Gading tersebut barada di rumah Leko akan tetapi dalam segi kepemilikan gading tersebut punya Leja.

*Perlu diketahui sebenarnya Leja menikahi Adik dari Leko sampai dua orang dimana yang pertama meninggal lalu ia mengambil lagi karena perbedaan umur terlalu jauh berbeda (lebih muda istri kedua)  maka istri kedua tersebut meninggalkan Leja dan lari kembali kerumah kakak kandung nya yaitu Leko, sedangkan Leko sudah berusaha membujuknya untuk kembali akan tetapi adik nya menolak. Akhirnya karena Leko merasa malu lalu ia mengembalikan semua belis yang diberikan Leja kepadanya terkecuali Tepung emas murni sebanyak Satu tempurung yang tidak bisa ia kembalikan  untuk itu Leko memberi kuasa yang dinamakan  kuasa Koe Kolu( yaitu kuasa untuk pertama kali menggali lobang dan menanam bibit pertama kali ketika musim penanaman)  sebagai imbalan untuk membayar Tepung emas murni tersebut. Itulah kuasa yang sampai saat ini berlaku dan tidak ada adat lain yang seperti itu.
                Hubungan Leja dan Leko penuh persaudaraan dan saling pengertian karena sejarahnya yang unik sehingga demi ikatan persahabatan yang bersifat kekeluargaan maka baik Leko maupun Leja jika terjdi suatu permasalahan ataupun persoalan antara mereka maupun keturunan nya dapat diselesaikan secara Kompromi. Sehingga satu sama lain beranggapan bahwa Berat sama dipikut dan ringan sama dijinjing.

Dan juga mereka berjanji agar keturunan dari mereka agar saling kawin mengawini (nikah) dalah bahasa daerah Lio disebut IWA KAI AKU. Makanya sampai saat ini pernikahan semacam  itu kerap terjadi walaupun bisa dinalarkan masih ada hubunga satu darah.