Pada
Zaman dahulu berdiamlah sekelompok manusia yang terdiri dari orang orang
setempat seperti orang orang pantai,Maualu,Maudero dan pedagang –pedagang dari
Ende , mereka mendiami sebuah kampung yang bernama Sesobewa (terletak didaerah
wolojita arah timur ).
Sesobewa ialah
sebuah bukit yang sangat strategis baik dari keindahan pemandangan alamnya
serta tempat yang baik untuk melindungi diri dari peperangan. Hubungan mereka
dengan kampung kampung sekitar sangatlah baik yaitu hubungan dengan kampung
wolojita,Tenda,Aekeo,Toba dan Roga.
Kemudian istrinya
menjawab sambil menangi katanya “ Wele tadi datang kesini dan memperkosa
saya” lalu marah lah Keba ia meminta
bantuan penduduk dikampung Toba , karna merasa kampung Toba penduduk nya hanya
sedikit ia meminta bantuan penduduk dari Kampung Wolojita dan Tenda untu k menyerang kampung Sesobewa (menyerang
Wele) Karena mendengar cerita sedih itu dari Keba maka berangkatlah masyarakat
dari kampung Toba ,Wolojita dan Tenda (Laki-laki) . Kurang lebih Pukul tiga
pagi mereka menyerang kampung sesobewa , penduduk sesobewa sedang tidur ,
merekadibunuh dan sebagian dari itu lari ke Maualu dan berlayar ke Ende dan
Pulau Ende. Sedangkan Wele dan keluarganyadibunuh seperti biasa harta benda
mereka ambil sedangkan masyarkat lain dari kelompok Keba mencari Emas,Perak dan
barang berharga lain nya untuk diambil dan dibawa pulang kekampungnya .
Kebetulan Pada saat penyerangan itu yang sebagai Pemimpin dari mereka ialah
Leja dan sebagai pemimpin penyerangan itu ia tidak mendapatkan apa – apa lalu
dilihatnya Sebatang Gading Gajah terus
dipikul dan dibawahlah kempungnya yaitu Tenda.
Dikampung tenda ia simpan gading
tersebut dirumahnya yang disebut rumah Embu Leja selang beberapa lama kemudian
rumah tersebut terbakar habis , hanya sebagian harta dan gading gajat tersebut
yang bisa diselamatkan , Lalu Leko menawarkan kepada Leja agar Gading gajah
tersebut biar disimpan dirumah Leko, tawaran tersebut diterima lalu disimpan
lah dirumah leko (biasadisebut Embu Leko). Sesudah rumah Leja selesai dibangun
datanglah Leja mengambil Gading tersebut sambil mengucapkan terima kasih akan
tetapi dijawab oleh Leko katanya “Eja gading ini memang punya kamu tapi apa
salahnya gading tersebut berada disini sama saja rumah adalah rumah mu” lalu Leja berkata “Baiklah tapi jagalah baik
baik gading tersebut”.
Makanya sekarang
Gading tersebut barada di rumah Leko akan tetapi dalam segi kepemilikan gading
tersebut punya Leja.
*Perlu diketahui
sebenarnya Leja menikahi Adik dari Leko sampai dua orang dimana yang pertama
meninggal lalu ia mengambil lagi karena perbedaan umur terlalu jauh berbeda
(lebih muda istri kedua) maka istri
kedua tersebut meninggalkan Leja dan lari kembali kerumah kakak kandung nya
yaitu Leko, sedangkan Leko sudah berusaha membujuknya untuk kembali akan tetapi
adik nya menolak. Akhirnya karena Leko merasa malu lalu ia mengembalikan semua
belis yang diberikan Leja kepadanya terkecuali Tepung emas murni sebanyak Satu
tempurung yang tidak bisa ia kembalikan
untuk itu Leko memberi kuasa yang dinamakan kuasa Koe Kolu( yaitu kuasa untuk pertama
kali menggali lobang dan menanam bibit pertama kali ketika musim
penanaman) sebagai imbalan untuk
membayar Tepung emas murni tersebut. Itulah kuasa yang sampai saat ini berlaku
dan tidak ada adat lain yang seperti itu.
Hubungan Leja dan Leko penuh
persaudaraan dan saling pengertian karena sejarahnya yang unik sehingga demi
ikatan persahabatan yang bersifat kekeluargaan maka baik Leko maupun Leja jika
terjdi suatu permasalahan ataupun persoalan antara mereka maupun keturunan nya
dapat diselesaikan secara Kompromi. Sehingga satu sama lain beranggapan bahwa
Berat sama dipikut dan ringan sama dijinjing.
Dan juga mereka
berjanji agar keturunan dari mereka agar saling kawin mengawini (nikah) dalah
bahasa daerah Lio disebut IWA KAI AKU. Makanya sampai saat ini pernikahan semacam itu kerap terjadi walaupun bisa dinalarkan
masih ada hubunga satu darah.